Sinopsis "The Biology of Belief"

sumber gambar: kaurama.co.id
Baca buku itu mudah, browsing tentang buku itu menyenangkan, tapi benar-benar butuh mengumpulkan niat untuk menulis review tentang buku yang dibaca. Padahal selama 2019, ada banyak buku yang berkesan menurutku. Salah satunya adalah yang akan aku ceritakan ini. Judulnya "The Biology of Belief" karya Bruce Lipton. Bruce Lipton sendiri mengaku bahwa beliau adalah seorang ahli biologi "pemberontak", seorang pengusung "aliran" biologi baru yang alih-aih berfokus kepada nukleus, beliau lebih berfokus kepada membran sel karena menurutnya membran sel itulah yang merupakan otak dari suatu sel. Bidang baru ini dikenal dengan epignetika, yang menjelaskan bagaimana "lingkungan" sel sangat mempengaruhi fisiologis kita.
Dalam buku ini, penulis menjelaskan bahwa determinisme biologi yang selama ini diagung agungkan yang mengatakan bahwa DNA sangat mempengaruhi nasib kita (kondisi bilogis kita) tak semuanya benar karena ada hal lain yang mempengaruhi pencetakkan DNA . DNA bukannya salah terreplikaasi dengan sendirinya sehingga membuat kita seolah olah seperti korban nasib. Namun kita dapat mengontrolnya dengan pikiran kita. Menarik bukan ? Tenang saja, ada penjelasan secara saintifik yang cukup memikat. Baca saja bukunya.

Menurut penulis, seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, otak dari sebuah sel bukanlah nukleusnya, karena suatu saat ketika sebuah sel diambil nukleusnya, sel tersebut masih dapat "hidup". Membran sel inilah yang akan mengunduh "informasi" dari lingkungan sel yang akan ditangkap oleh protein reseptor yang pada akhirnya nanti akan berpengaruh pada replika DNA dan pada akhirnya pada fisiologis kita.

Hal lain yang perlu dicatat adalah mengkonsumsi obat bukan hanya memengaruhi sel/organ yang dituju untuk diobati saja, namun juga organ lain yang sehat. Misalnya untuk meringankan simtom menopouse sehubungan dengan ketidakaktifan sistem reproduksi perempuan, dokter biasanya rutin menyuntikkan estrogen sintetis. Namun terapi estrogen sintesis tidak memfokuskan kepada organ yang disasar. Obat itu juga mempengaruhi dan mengganggu reseptor-reseptor estrogen lain seperti jantung, pembuluh darah, dan sistem saraf. Terapi pengganti hormon sintesis terbukti memiliki efek samping yang merusak seperti penyakit jantung dan disfungsi saraf seperti stroke. 

Selain itu, hal menarik lain yang dijelaskan adalah tentang otak. Dijelaskan bahwa otak bawah sadar lebih berpengaruh dari otak sadar. Masalahnya memori yang tersimpan di otak bawah sadar diunduh ketika masih kecil, ketika frekuensi gelombang otak kita masih cukup rendah. Hal ini harus menjadi catatan untuk orangtua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, berikan sugesti-sugesti positif dan jangan mengatakan hal-hal buruk yang akan terekam di memori otak anak.

Buku ini juga mengajarkan kepada kita untuk selalu berpikir positif dan jangan terlalu sering stress. Karena saat kita stress, hormon kortisol yang dilepaskan akan membuat mayoritas darah hanya akan mengalir kepada organ organ tertentu yang terkait dengan respon perlindungan misalnya organ gerak (tubuh mengenali stress sebagai tanda bahaya sedhingga butuh kewaspadaan), sehingga pada organ organ yang berperan penting untuk pertumbuhan hanya ada sedikit darah yang mengalir, sehingga kita akan lebih mudah sakit. Jangan lupa, darah mengedarkan oksigen dan sari sari makanan.

Menurut saya, secara keseluruhan, buku ini hendak menceritakan bagaimana pikiran kita mempengaruhi mekanisme biologis kita dengan pendekatan yang saintifik ( biologi dan fisika kuantum) . Hal ini hendak memberikan pengertian kepada kita untuk senantisa berpikir positif dan berprasangka baik. Hal yang sebenarnya selalu diajarkan oleh agama. Sebagai penutup, saya tuliskan kutipan bagus dari buku ini.

Keyakinan Anda menjadi pikiran AndaPikiran Anda menjadi kata-kata AndaKata-kata Anda menjadi tindakan AndaTindakan Anda menjadi kebiasaan AndaKebiasaan Anda menjadi nilai-nilai AndaNilai-nilai Anda menjadi takdir Anda

Komentar