Tentang Peka

Beberapa waktu lalu, aku punya kebodohan paling bodoh, yaitu merasa senang dengan disematkan nya gelar “tidak peka” teman-teman kepadaku.. Yah , karena, saat itu, aku merasa, orang yang terlalu peka identik dengan orang yang berlebay ria di medsos, gampang sakit hati, dan gampang baper. Kalo gue dibilang ga peka, bagus dong, artinya gue bukan termasuk tiga kriteria itu.
Padahal maksud teman-teman menyematkan gelar tidak peka kepadaku adalah karena sikapku yang cukup cuek dengan lingkungan .. Gubrak !!! wahahahhaha (kok ketawa sih, miris ini loh, hikz)
And now, completely aku merasa malu dengan sikap tidak pekaku, dan cenderung takut dengan sikap ini..Setelah aku tahu bahwa salah satu akhlak mulia yang patut kita tiru dari rasulullah adalah sifat ro’uf, yang dalam bahasa kita secara sederhana diterjemahkan sebagai “rasa peka”. CLEEBBBBBBB ! Ya Allah… 
Tahukah, betapa Rasulullah sangat peka terhadap perasaan orang lain.. 
Di Episode yang pertama, Suatu pagi, Rasulullah SAW merasa lapar , beliau pun mencari makanan di dapur.. Ketika sedang membuka-buka isi kuali, ternyata didapatinya tak ada makanan apapun. Pada saat itulah , istri beliau AIsyah RA masuk ke dalam dapur.. Lalu, karena tak ingin membuat istrinya merasa bersalah karena belum memasak padahal Rasulullah sudah lapar, tiba-tiba Rasulullah berkata : “Ya Aisyah, hari ini aku berpuasa”. Maka Aisyah pun tersenyum  lega dan berkata, “Oh yasudah saya tidak usah memasak..”  Bayangkan,saking takutnya Rasulullah membuat Aisyah merasa bersalah, beliau yang tadinya berniat mencari makanan di dapur, dan ketika tidak didapatinya makanan itu, beliau mengatakan hari itu berpuasa.. (Weh gue hobi banget bikin orang merasa bersalah, yes semacam balas dendam adala membuat orang merasa bersalah atas apa yang dilakukan ke gue uhuhuhu buruq banget.)
Di Episode kedua,  ketika Rasulullah berjumpa dengan serombongan buruh penggembala..Para penggembala itu merasa rendah diri dan malu.. Maka untuk membesarkan hati mereka, Rasulullah mengatakan, “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali ia pernah menggembala..”
Di Episode ke tiga, ketika Rasulullah sedang berjalan , tiba-tiba beliau dipanggil oleh sekelompo kaum muslimin yang sedang makan di warung pinggir jalan. Rasulullah pun menghampiri mereka dan duduk beralaskan tanah seperti orang-orang yang mengundangnya. Tiba-tiba orang-orang yang mengundang Rasulullah untuk duduk dan makan bersama mereka, merasa sangat tidak enak kepada Rasulullah karena mereka menyadari bahwa mereka hanya mampu memberikan roti yang sangat keras, yang saking kerasnya harus direndam ke dalam air dahulu sebelum dimakan.. Menyadari hal itu, Rasulullah mengatakan, “Aku adalah anak dari perempuan yang suka makan qodii (roti keras)..” , untuk menunjukkan kepada orang-orang yang mengajaknya makan bahwa ia pun berasal dari keluarga tidak mampu, sama seperti mereka..
Di episode terakhir , karena sangat mengharapkan makanan nya menjadi berkah karena di makan oleh orang sholeh, dan sesholeh-sholehnya manusia adalah Rasululah, seorang miskin pernah mengundang Rasulullah makan di rumahnya. Rasulullah pun kemudian datang ke rumah orang itu dan dihidangkanlah roti tawar (saja) di hadapan Rasulullah. Rasulullah duduk diam menunggu karena berfikir masih ada makanan lain yang akan dihidangkan bersama roti tawar itu, mungkin selai atau madu..Hingga Rasulullah akhirnya menanyakan apakah masih ada yang akan dihidangkan.. Orang miskin itu dengan penuh rasa tidak enak, menjawab bahwa tidak ada hidangan lain yang bisa iya hidangkan kecuali roti tawar saja, tanpa selai..Tapi kemudian orang itu mengatakan bahwa dia memiliki cuka.. Akhirnya, untuk menyenangkan hati tuan rumah, Rasulullah memakan roti tawar berselai cuka tersebut sambil berkata : “Sebaik-baik makanan adalah cuka..” (Kalo gue, mungkin udah sanggup nelen roti sama cukanya aja udah bagus. eh ga sama cuka ding, mending roti aja :” , tapi ga akan sanggup bilang kalo cuka adalah makanan terbaik…
Jadi mulai sekarang, ayo kita jadi orang yang peka !
Source : Ceramah Ust Hanan Attaki

Komentar