Bertahan

Sudah berjalan satu tahun lebih hampir 4 bulan secara resmi. Atau satu tahun lima bulan setelah pertemuan pertama kami. Waktu yang sangat seumur jagung dalam dunia dakwah. Bayi swipe lahir dari orangtua kaya, dengan rumah yang megah dan fasilitas yang alhamdulillah cukup baik. Sehingga tak mengherankan jika dalam pertumbuhan nya, dana bukanlah isu utama. Atas kebaikan Allah pula, Bayi Swipe tumbuh disayangi lingkungannya, menarik bagi orang yang memandangnya, karena ia memang diusahakan supaya tampil menarik, khususnya bagi anak muda. Sehingga dalam kurun waktu yang seumur jagung ini, followers instagramnya sudah lebih dari tiga ribu akun.

Tapi tak satupun wajah hidup yang tak diuji. Pada awal perkembangan nya ini, bentuk cobaan memang lebih banyak dari internalnya. Maklum, kami adalah sekumpulan pemuda-pemudi yang tak saling mengenal satu sama lain tapi qadarullah dikumpulkan oleh Allah dalam suatu majelis yang baik. Di luar labelling khalayak umum tentang swipe, kami tetaplah individu-individu dengan segala keunikan nya. Perbedaan karakter karena perbedaan latar belakang usia, lingkungan, pengalaman, pun memperkaya ide sekaligus seringkali menjadi gesekan-gesekan kecil diantara kami. Perbedaan dalam menyikapi suatu hal adalah ujian bagi kami, dan seringkali mesti berpayah-payah dalam menyelesaikan nya. Individu-individu saling kecewa satu sama lain, entah dalam hal kinerja maupun karakternya. Sudah berapa hati mengadukan hati lain nya yang ia anggap begitu kejam, atau begitu tak masuk akal. Sudah berapa forum yang ditujukan untuk rekonsiliasi malah memperparah keadaan. Kadang saya ingin meneriaki mereka, kenapa begitu kekanakan, kenapa seperti tak kenal kosa kata bersabar dan memaafkan ? Kenapa tak mau menahan lidah ? Kenapa suka sekali membicarakan kejelekan teman sendiri ?  Aku diam saja, memutuskan berhati-hati dan tak memihak. Teralu lama memikirkan solusi malah berakhir tak melakukan apa-apa . Dasar aku. 

Kupikir aku melakukan yang terbaik, tetapi setelah ditimbang-timbang, aku seperti kurang berempati dan dingin. Apa urat rasa sudah putus ? Haha sama sekali belum, alhamdulillah. Aku juga pernah marah, sedih, kecewa dan gagal paham. Tapi aku berusaha menahan perasaan itu terkristal jadi kata-kata. Karena apa ? Banyak hal. Satu, aku malas drama, malas ribut. Aku termasuk yang paling tua, setidaknya aku harus lebih dewasa dari yang lain nya. Tapi sebetulnya ada hal lain. Perasaan bahwa mereka lebih dari aku, dalam banyak hal kebaikan. Banyak yang shalatnya lebih tepat waktu dari aku, hampirlima waktu di masjid, yang hafalan nya lebih banyak, yang lebih sering ke majelis ilmu, lebih lembut pada orangtuanya, lebih bisa berkontribusi nyata pada organisasi . Aku memang lebih tua dari mereka, tapi bukan berarti aku yang lebih mengerti, lebih baik pada segalanya. Maka aku bersabar, sebagaimana aku bersabar pada diri sendiri. Sebagaimana aku tidak menyerah pada betapa menyebalkannya diriku ini.

Walaupun sering tergoda untuk melepaskan semua ini ketika lelah dengan dramanya, tapi tak pernah benar-benar serius. Aku sayang mereka. Mereka adalah orang-orang yang Allah kirimkan padaku untuk aku bahu membahu dalam kebaikan. Masa aku tak bisa bersabar pada orang-orang yang Allah pertemukan pada tempat dan tujuan yang terbaik ? Masa aku tak mau bersabar pada mereka padahal mereka juga bersabar padaku ? Bagaimana aku tega mengeluarkan diriku sendiri dari nikmat-Nya ? Nikmat bergabung pada barisan syiar.. Aku kan seharusnya banyak bersyukur, bukan mengeluhkan keadaan terus. Lagi pula, aku butuh hujjah. Ketika aku menghadap Allah nanti, aku ingin ada sesuatu yang aku katakan kepada Tuhanku, bahwa aku sudah berusaha menjadi berguna. Semampuku. Bukankah sudah begitu menggelisahkan bahwa kita tak mampu berbuat apapun di dunia ini ? Maka Swipe ini adalah hal berharga bagiku, meskipun kontribusiku kecil, keciiiil sekali sampai rasanya tak mampu menahan malu, tapi setidaknya ada yang ku lakukan untuk agama Allah. Aku tahu persis akan membutuhkan nya kelak. Apalagi kalau aku mengevaluasi amalku sendiri, maka bertahan di Swipe seperti menjadi kewajiban untuk menutupi segala kekurangan yang menganga.

Dan karena itulah aku bertahan bersama kalian.  Aku berharap kita sama sama menjadi saksi yang saling membela satu sama lain, kelak. Hujjah kebaikan di hadapan Tuhan.Dalam kekuranganku dan kekurangan kalian. Dalam segala kelebihan, potensi kalian dan sedikit yang bisa kulakukan. Aku akan menemukan berbagai jalan untuk terus bertahan , berjuang bersama.. Lagi pula, segala gesekan yang kita alami, tiada bukan adalah untuk proses pendewasaan. Dan bukankah Allah telah menanamkan kasih sayang pada diri diri kita ?

Komentar